Peta Situs | Komunitas Tzu Chi | Links  
Tentang Kami | Berita Tzu Chi | Misi & Visi | Cara Berpartisipasi | Jadwal Kegiatan | Inspirasi
Berita Tzu Chi
Berita Kemanusiaan
 Berita Kesehatan
 Berita Pendidikan
 Berita Kebudayaan
 Foto Peristiwa

 
Tanggal : 05/01/2008

Bedah Buku ‘Lingkaran Keindahan’

Lingkaran Keindahan Terus Berputar

                                                                                                                                        *artikel: Sutar Soemithra

test

Ada yang dianggap berubah dari Sukarjo (52) karyawan bagian proyek PT Summarecon Grup oleh teman-teman sekantornya, anak istri, dan orang-orang terdekatnya. “Aneh nih, nggak biasanya kaya gini.Baca buku apa nih? Bergaul sama siapa nih?” begitu mereka bertanya-tanya mengenai perubahan yang tejadi pada Sukarjo.Pujian begitu mudah meluncur dari bibir Sukarjo, sangat berbeda dengan sebelumnya. Bahkan dalam bercanda pun yang biasanya cenderung mengolok-olok teman, tapi kini justru berupa pujian. “Bercanda pun bercanda yang membuat dia semangat,” jelasnya. Lantas, kenapa Sukarjo bisa berubah seperti itu?

(Foto : Sutar Soemithra )


Sukarjo berubah karena membaca buku Lingkaran Keindahan karangan Master Cheng Yen yang belum lama ini diterbitkan oleh Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia bekerjasama dengan Penerbit Elexmedia Komputindo. Salah satu bagian buku tersebut menceritakan tentang anak-anak kecil di Taiwan yang sejak kecil telah dibiasakan untuk memuji orang lain. Setelah membaca buku tersebut ia merasa malu karena anak kecil saja bisa terbiasa memuji. Karenanya sekarang ia belajar untuk memuji orang lain. Ia mengakui ternyata memuji bukanlah hal yang mudah untuk dijadikan kebiasaan walaupun sepintas sepertinya sangat mudah.

 

Buku Lingkaran Keindahan belum lama ini dibedah oleh Agus Hartono, editor buku tersebut yang juga penanggung jawab penerbitan buku Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia di Jingsi Books & Café Kelapa Gading pada tanggal 5 Januari 2008. Bedah buku kali ini dihadiri oleh 15 karyawan PT Summarecon Group dan 6 relawan Tzu Chi.

Sukarjo mendapat banyak inspirasi setelah membaca buku Lingkaran Keindahan yang berisi kumpulan kisah nyata. “Buku ini memberi inspirasi ternyata hidup kita selama ini salah. Selain bukunya mudah dicerna, buku ini juga memberikan contoh-contoh sangat bagus,” jelasnya. Ia tidak terlalu mempermasalahkan buku tersebut disusun berdasarkan prinsip ajaran Buddha walaupun dirinya seorang penganut Islam. Yang terpenting baginya adalah buku tersebut mengajarkan hal-hal baik yang bersifat universal. “Setelah baca buku-buku Tzu Chi, kehidupan menjadi lebih beda. Rasa tenang dan gelisah berkurang, ketenangan bertambah,” ungkap laki-laki yang juga telah bergabung sebagai relawan Tzu Chi sejak tahun 2000 ini.

Secara garis besar, buku Lingkaran Keindahan berisi tentang kisah-kisah nyata dikaitkan dengan fase perkembangan manusia, yaitu lahir, anak-anak, remaja, dewasa, tua, dan akhirnya meninggal dunia. Tapi menurut Agus Hartono, porsi pembahasan tentang fase meninggal dunia lebih banyak. Kisah-kisah dalam buku tersebut lebih banyak berisi tentang kehidupan manusia yang berada pada situasi sulit namun mereka bisa menghadapinya dengan tenang. Misalnya adalah kisah hidup Xie Kun Shan yang kedua tangannya buntung namun bisa menjadi pelukis ternama di Taiwan dengan menggunakan mulutnya. “Seperti buku Chicken Soup for the Soul,” ujar Panji Kiansantang, manajer HRD.

Lingkaran Keindahan merupakan buku pertama yang diterbitkan bekerja sama dengan Elexmedia Komputindo yang dilakukan oleh Tzu Chi. Elexmedia Komputindo adalah salah satu penerbit milik Kelompok Kompas Gramedia, kelompok media terbesar di Indonesia. Agus Hartono memilih menerbitkan Lingkaran Keindahan sebagai buku pertama dalam kerja sama tersebut karena isinya mudah dicerna dan memiliki kekuatan untuk memberi inspirasi pembaca. “Orang kalau mendapat penderitaan sedikit, kalau belum baca buku ini mungkin akan putus asa. Tapi begitu baca buku ini, ada suatu contoh-contoh ternyata saat-saat terakhir pun orang bisa survive,” ungkap Sukarjo.

Bedah buku kali ini merupakan yang pertama kali dilakukan di Jingsi Books & Café Kelapa Gading. Respon peserta bedah buku pun sangat baik sehingga kemungkinan besar akan dilanjutkan dengan buku yang lain. Bagi masyarakat kota metropolitan seperti Jakarta, waktu untuk mengembang diri memang sangat terbatas karena jebakan rutinitas yang sangat padat. “Hidup kita bagai aus terkikis oleh rutinitas dan nggak sempat untuk mengembangkan diri,” ujar Panji Kiansantang yang gemar membaca buku. Bedah buku bisa menjadi salah satu media untuk mengembangkan diri karena dalam bedah buku setiap orang berbagi pikirannya tentang isi buku yang dibedah dan tentu saja dikaitkan juga dengan pengalaman pribadi yang tidak sedikit diantaranya bisa memberi inspirasi. Terlebih lagi bedah buku kali ini diadakan di Jingsi Books & Café yang memang sangat kondusif untuk berlatih mengembangkan diri, seperti dikatakan Lim Ji-shou, salah satu relawan Tzu Chi, “Di sini tempat untuk sharing tentang hal-hal yang baik.”  

Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia
Telp. (021) - 6016332, Fax. (021) - 6016334
Copyright © 2005 TzuChi.or.id